Simply Love by Ifa Avianty

by - 13.36

Simply Love
Penulis: Ifa Avianty
Penerbit: Noura Books (PT. Mizan Publika), cetakan I 2012
216 halaman

Jika bahagia berarti terkekang
Haruskah aku bertahan, dalam kepura-puraan?

"Siapa yang menyuruhmu potong rambut tanpa izinku?" tanyanya, dingin dan jauh dari kesan suka.

Aku memalingkan wajah. "Tidak ada yang menyuruhku, Wim. Aku ... Hanya ingin membuat kejutan buatmu... Supaya kamu nggak bosan padaku... Wanita yang sama, yang kamu nikahi sejak hampir enam tahun lalu..."

"Dengar, Marijke, aku tidak pernah meminta kejutan apa pun. Aku sudah cukup bahagia dengan kamu yang setia di belakangku. Kamu yang tidak macam-macam, yang tidak menuntutku memberikan apa yang pernah kamu dapatkan dari keluargamu semasa gadis. Aku tak pernah bosan padamu--asal kamu tahu. Karena aku telah mengambil tanggung jawab atasmu, dari ayahmu, dengan nama Tuhan. Aku memintamu dengan nama Tuhan, Ke."

"Segera panjangkan kembali rambutmu, Marijke. Entah bagaiaman caranya. Aku tak suka melihat gayamu yang sok mandiri itu. Lain kali, minta izinlah padaku sebelum bertindak!" (hal: 71-73)

Begitulah Wim, suami dari Marijke alias Keke yang otoriter. Keke sendiri menganggap suaminya sudah seperti Tuhan kecil baginya. Mengatur segala hal tentang Keke dan keluarga kecil mereka, mulai dari hal-hal kecil seperti potong rambut, harus menyiapkan segala keperluannya seperti baju, sarapan, dan hubungan intim suami istri yang dijadwal dengan rapih. Tapi bagaimana pun, Keke sangat mencintai laki-laki yang telah menikahinya lebih dari enam tahun yang lalu itu.

Awalnya Keke dan Wim tak lebih dari seorang sahabat. Mereka di pertemukan di kampus yang sama, Wim mahasiswa tingkat akhir saat Keke baru mengenal dunia kampus. Wim anak politik sedangkan Keke fakultas tehnik jurusan arsitektur. Yang unik dari mereka berdua adalah mereka ama-sama indo Indonesia-Belanda. Willem Adiwarman Saleh dan Marijke Fitria Syawal, terdengar serasi. Hingga akhirnya Wim melamar Keke, yang menurut Keke, cara melamarnya itu enggak banget. 

Setelah menikah Keke akrab dengan adik-adik iparnya yang berjumlah emat orang dan semuanya perempuan. Wim menyebut adik-adiknya itu sebagai genk bebek, selalu berisik dan itu bertolak belakang dengannya yang cenderung diam dan penyendiri. Suatu waktu Keke merasa iri dengan adik-adik Wim yang telah menikah namun diijinkan bekerja oleh suami mereka. Berbeda dengan Keke, Wim yang memiliki gelar profesor dan seorang dosen itu tak pernah setuju Keke bekerja. Menurut Wim, fitrahnya seorang wanita adalah di rumah, mengurus anak dan suami. Bahkan ketika mereka sudah memiliki empat orang anak laki-laki dan memutuskan memakai jasa bibi, tetap Keke-lah yang harus mengurus semua keperluan Wim, apalagi soal setrika baju dan makan.

Tiba suati hari Keke merasa jenuh dengan aktifitasnya yang lebih mirip seperti upik abu. Dia ingin dari sekedar mengurus rumah, anak, dan suami. Hingga ia mengusulkan untuk membuka bisnis cafe buku bersama saudara-saudara iparnya. Tapi Wim bersikeras dengan pendiriannya, dia menganggap istrinya mulai membangkang.

Novel ini memang bercerita tentang konflik rumah tangga, antara suami dan istrinya yang merasa bosan dengan hidupnya yang tak lebih seperti induk kelinci, melahirkan anak hampir setiap tahun dan tidak diberi kesempatan berkarir seperti wanita berpendidikan lainnya. Hingga sebuah pertanyaan besar muncul dari tokoh istri, apakah suaminya mencintai dia seperti dia mencintai suaminya tersebut? Atau selama ini cintanya hanya bertepuk sebelah tangan?

Gaya penulisan Ifa Avianty memang selalu membuat tema klise tentang cinta menjadi menarik untuk dibaca. Konfliknya umum namun permainan plot yang piawai membuat keseluruhan novel ini menjadi bacaan fiksi yang tak biasa. Ringan namun amanat yang dituliskan tersampaikan dengan apik kepada pembaca, dan satu lagi tentunya menghibur.

You May Also Like

0 komentar