Sayap-Sayap Sakinah: Sepasang Sayap Dalam Pernikahan
Jika kita mau merenung sejenak, bahwa segala sesuatu, Allah
ciptakan secara teratur, yang semuanya mengarah kepada keseimbangan. Coba lihat
posisi tubuh manusia sendiri. Ada sepasang tangan yang masing-masing ada di
kanan dan di kiri, juga sepasang kaki, sepasang mata, sepasang telinga. Dan jika
jumlah organ itu hanya satu, seperti hidung, mulut, kepala, selalu diposisikan
di tengah, dengan pertimbangan yang tepat antara kanan dan kiri. (halaman 40)
Makhluk-makhluk Allah di muka bumi ini pun selalu memiliki
dua hal yang saling melengkapi. Pada gunung merapi misalnya, di satu sisi
gunung adalah wujud yang kokoh dengan kepundan yang siap menyemburkan magma
yang sangat panas. Akan tetapi, gunung pun selalu menampakkan panorama yang
indah dengan bentuk-bentuk artistik serta tanaman-tanaman yang menawan.
(halaman 41)
Langit adalah laki-laki dan bumi adalah wanita. Bumi memupuk apa yang dijatuhkan oleh langit. Apabila bumi kekurangan panas maka langit mengirimkannya. Apabila ia kekurangan kesegaran dan embun, maka langit memperbaharuinya. Tanpa bumi, bagaimana bunga dan pohon bisa mulai berkembang? Kalau begitu, apa yang dihasilkan oleh air dan kehangatan langit? Sebagaimana Allah memberikan keinginan kepada laki-laki dan wanita sampai akhir. Sehingga dunia akan terpelihara oleh kesatuan mereka. (Jalaludin Rumi)
Seperti yang diutarakan oleh jalaludin Rumi. Keseimbangan pun
Dia tunjukkan pada sepasang laki-laki
dan wanita, keduanya merupakan satu
kesatuan yang penciptaannya saling melengkapi. Saling mengisi. Saling memberi
dan menerima. Laksana langit dan bumi yang digambarkannya dalam puisi di atas. Hingga
satu kesatuan itu, kemudian kita sebut dengan nama: pernikahan.
Apa yang kita pikirkan jika mendengar kata: pernikahan? Bersatunya
dua insan dalam bahtera yang suci? Atau mungkin ada yang mendefinisikan sebagai
titik di mana berakhirnya sebuah penantian atau pencarian yang disebut sebagai
jodoh kita? Tapi, benarkah bahwa sepasang manusia yang menikah itu sudah pasti berjodoh?
Nah loh.
Dalam buku Sayap-sayap Sakinah dituliskan bahwa, bahkan,
jodoh dan cinta pun belum tentu berjodoh. Seperti dinukil dari buku Sinta
Yudisia “Kitab Cinta dan Patah Hati”, Zainab el-Nafzawiya menikah dengan Abu
Bakar bin Umar. Zainab rela dipersunting oleh Abu Bakar, karena lelaki itu
menyanggupi syarat berat yang ditetapkan Zainab untuk siapa yang mau menjadi
suaminya, yakni harus menyatukan wilayah Maghribi, yang terbentang dari Afrika
Utara hingga Andalusia.
Janji itulah yang kemudian memisahkan mereka. Untuk memenuhi
janji, Abu Bakar harus melakukan ekspedisi ke Gurun Sahara yang sangat berat. Saking
cintanya terhadap istri, Abu Bakar tak ingin menyeret sang istri ke sebuah medan
yang sangat ganas, dan ia pun tak mau meninggalkan Zainab dalam perpisahan yang
bertahun-tahun yang membuat Zainab terbelenggu dalam kesepian dan
ketidakpastian. Akhirnya, ia memutuskan untuk menceraikan sang istri. Namun ia
berjanji, seusai menaklukkan Sahara, maka ia akan kembali kepada Zainab.
Zainab yang merasa sedih dengan perceraiannya, akhirnya
menikah dengan Yusuf bin Tashfin, yang tak lain adalah sepupu Abu Bakar. Sementara
itu, Abu Bakar, melalui sebuah ekspedisi yang panjang, berat, dan melelahkan,
akhirnya berhasil menaklukkan Sahara. Namun, saat kembali kepada Zainab, dia
melihat betapa Zainab dan Yusuf saling mencintai dan menghargai. Rasa cinta
masih ada di dada Abu Bakar, namun ia tak ingin menyakiti Yusuf. Dia memilih
kembali ke padang pasir dan menghabiskan waktunya di sana. Abu Bakar meninggal
dunia dalam kelegaan. Sebab, meskipun dia tak bisa kembali menjadi suami
Zainab, dia menyaksikan perempuan itu berada si samping lelaki yang tepat.
Terkait dengan wanita yang menikah lebih dari satu kali,
Ummu Salamah pernah bertanya: “Ya Rasulullah, ada di antara kami yang menikah
dua sampai tiga kali. Jika dia meninggal dunia dan suami-suaminya masuk surga,
siapakah yang menjadi suaminya di surga?” Rasul menjawab, “Wahai Ummu Salamah,
dia diberi kebebasan memilih mana di antara suaminya yang paling baik
akhlaknya.”
Lalu, siapakah yang akan dipilih Zainab jika kelak masuk
surga? Bersama Yusuf atau Abu Bakar?
Entahlah....
Jodoh itu misteri. (halaman 33-34)
Jika tadi berbicara bahwa jodoh merupakan misteri, di bab
yang lain dalam buku Sayap-sayap Sakinah dituliskan bahwa sakinah merupakan hadiah
dari Allah. Dalam surat Ar-Rum ayat 21, sakinah berarti rasa nyaman atau merasa
tentram. Tentu menjadi salah satu harapan terbesar bagi orang yang menikah
ialah menjadikan hidupnya tentram bersama dengan pasangannya tersebut.
Rasa tenang tersebut digambarkan dalam firman-Nya: “Mereka
adalah pakaian bagimu, dan kamupun pakaian bagi mereka.” (QS. Al-Baqarah: 187).
Muhammad Nabiel Kadzim menjelaskan, bahwa maksud dari ayat tersebut adalah
bahwa dengan menikah, sepasang suami istri harus bisa saling menutupi, menjaga,
merawat, memberi kehangatan, menjadi perhiasan, saling mengganti,
menyempurnakan, tolong-menolong dalam menanggung beban hidup, bersama-sama
dalam merasakan kenikmatan, dan sebagainya.
Jika sakinah merupakan hadiah dari Allah, maka tugas kita
sebagai manusia adalah berusaha dan senantiasa berdoa agar Allah memberikan
sakinah pada pernikahan kita.
Dalam buku Sayap-sayap Sakinah, yang merupan hasil duet dari
Afifah Afra dan Riawani Elyta, membahas segala seluk beluk pernikahan, mulai
dari merencanakan jodoh, persiapan menikah, menghadapi hal-hal baru dalam
kehidupan setelah menikah, dan serba-serbi pernikahan yang lainnya. Dikemas dengan
bahasa yang ringan dengan diselingi catatan-catatan pengalaman penulis sendiri
tentang kisah menuju pernikahannya, yang membuat buku ini jauh dari kesan
menggurui.
Quotes-quotes tentang cinta dan pernikahan yang disajikan,
membuat buku ini tidak terasa membosankan. Ditambah, buku ini ditutup dengan
puisi-puisi Afifah Afra yang kuat akan diksi-diksi yang merupakan ciri khas
penulis.
Namun, saya merasakan bahwa buku ini dibuka dengan puisi
yang bisa dibilang terkesan feminis. Menyajikan pembukaan dengan sebuah ‘permintaan’
atau mungkin ‘harapan’ dari seorang wanita kepada suami atau calon suaminya,
meski hal ini memang manusiawi. Bait puisnya sebagai berikut: Suamiku, aku
mengizinkanmu menikah hingga empat kali. Pertama menikahiku. Lalu menikahiku. Lalu
menikahiku. Dan terakhir menikahiku.
Akan tetapi, di luar konteks itu. Buku ini cukup ringan
untuk dijadikan bekal untuk yang akan, segera, atau sudah menikah.***
Judul Buku: Sayap-Sayap Sakinah
Penulis: Afifah Afra dan Riawani Elyta
Penerbit: Indiva Media Kreasi
Cetakan: Pertama, Juli 2014
Tebal: 248 Halaman
ISBN: 978-602-1614-22-8
2 komentar
reviewnya apik tenan dik lina yang manis. jadi ingin baca bukunya.
BalasHapusmakasih, teteh..
BalasHapus